Ini moment yang ditunggu-tunggu bagi para calon ibu – termasuk Bunda. Setelah menahan keinginan untuk membeli kebutuhan D’Baby karena belum beranjak pada usia kehamilan 7 bulan. Lagi pula, sayang kalau membeli kebutuhan D’Baby sebelum waktunya – karena belum ketahuan jenis kelaminnya. Jadi enggak bisa menentukan pilihan warna pink (identik perempuan) atau biru (identik laki-laki).
Tetapi, setelah tahu jenis kelamin D’Baby dan usia kehamilan Bunda beranjak 8 bulan, Ayah dan Bunda pun langsung menjadwalkan hari Sabtu-Minggu untuk hunting apa saja kebutuhan D’Baby. Khususnya, untuk masa awal kelahiran dan satu bulan ke depan. Untuk lokasi, Ayah dan Bunda memutuskan menyusuri kawasan ITC Depok. Selain barang-barangnya lengkap, harga juga kompetitif.
Nah, ini daftar belanjaan untuk menyambut D’Baby: kasur lengkap; perlak; selimut tebal; kelambu; popok; celana pop; sarung tangan, kaki, dan topi; paket bedak Jhonson; botol susu & dot; sikat sterilisasi; sabun pembersih; kapas, cutton but, kain kasa, minyak telon, dan masih banyak lagi. Maaf, enggak bisa di list satu per satu, buanyaaakkk bangeeeeettttt….
Hmmm…kayaknya itu aja deh yang Bunda butuhkan. Oya, Bunda sengaja enggak beli baju atasan untuk D’Baby karena warisan dari keponakan, Aileen Alvina masih banyak dan bagus-bagus. Semuanya masih lengkap. Lumayan juga sih, jadi menghemat pengeluaran untuk kebutuhan yang lain. Tadinya sih, Bunda mau beli yang baru, masa buat anak kok dikasih yang bekas. Ayah juga berpendapat yang sama. But, ketika dipikirkan lagi, dan keluarga juga menyarankan untuk tidak beli, Bunda pun manggut. Alasannya, masa pakai pakaian untuk bayi relatif singkat, jadi sayang.
Bunda sempat bingung juga sih, milih corak dan motifnya. Semua barang yang dipajang bagus dan memikat hati. Rasanya, pengen borong semua deh!. But, dengan planning awal yakni belanja kebutuhan untuk periode lahiran dan satu bulan ke depan saja yang jadi prioritas. Sisanya, dicicil setelah D’Baby lahir. Oya, maksud Ayah dan Bunda pilah-pilih kebutuhan agar budget untuk belanja tidak membludak. Ini juga untuk mengantisipasi biaya lahiran – yang belum bisa diprediksi biayanya. Jadi, istilahnya cari aman.
Selain itu, sebelum belanja, Bunda dan Ayah khusus mampir ke tempat Mbak Dewi (Kakak Bunda) untuk meminta tip-tip barang apa saja yang dibutuhkan dan perkiraan harganya. Langsung deh, bikin daftar belanjanya. Ini penting loh, biar pas belanja jadi enggak kalap. Trus, daftar belanja juga perlu agar barang-barang yang menjadi prioritas tidak terlupakan.
Hmmm… tapi, namanya juga calon orang tua baru, Ayah dan Bunda rada bingung juga pas belanja. Tahu bentuk barangnya tapi enggak tahu namanya – dan sebaliknya. Tanya ini – tanya itu sama si penjual, menghabiskan waktu sampai 3 jam! Wah… pokoknya seru deh!
02 November 2009
Hunting Kebutuhan D’Baby
21 Oktober 2009
Up Date Hasil USG – Pindah Bidan
Senangnya, ketika melihat hasil USG untuk kedua kalinya. Hasilnya mengarah pada keterangan positif. Jika dua minggu sebelumnya posisi D’Baby sungsang, sekarang tidak lagi. Posisi kepala sudah di perut bagian bawah, menghadap ke kanan alias posisi punggung D’Baby ada di bagian kiri perut Bunda. Pantas saja, belakangan Bunda sering merasakan tendangan dan getaran lebih aktif di bagian kanan – ooohhh… ternyata ini karena posisi D’Baby toh!
Sekadar informasi, selama dua minggu sebelum periksa, Bunda sering melakukan posisi senam antisungsang yang dianjurkan dokter. Pokoknya, demi posisi terbaik D’Baby, Bunda pasti sempatkan untuk nungging selama 5-10 menit – biasanya selepas shalat Subuh dan pas mau tidur malam. Caranya gampang kok, posisi senam antisungsang hampir sama dengan posisi sujud ketika shalat. Hanya saja, bagian kepala menghadap ke kanan/kiri; bagian dada disanggah bantal kecil agar pernafasan lancar; dan kedua kaki (dari bagian lutut) diangkat sedikit.
Selain berita di atas, kebahagiaan Bunda dan Ayah makin lengkap. Hasil pemeriksaan untuk jenis kelamin D’Baby adalah perempuan. Wuih… bahagianya, meskipun Bunda dan Ayah tidak mematok secara resmi keinginan akan jenis kelamin D’Baby kelak – kuncinya, yang penting sehat dan baik. Trus, yang membuat Bunda dan Ayah terkagum-kagum adalah ketika melihat secara jelas anggota tubuh D’Baby, seperti kaki dan tangannya yang mungil. Belum lagi ekspresi wajah dan gerakan mulut D’Baby yang seolah-olah sedang minum – menakjubkan.
Dari Bidan Poer ke Bidan Ida
Mungkin tak banyak yang melakukan pindah bidan seperti Bunda. Iya, Bunda menyadari memang lebih baik ketika pemeriksaan awal kehamilan hingga proses persalinan cukup ditangani oleh satu bidan saja. Ya, pastinya tujuannya agar pas hari H, bidan sudah mengetahui secara jelas perjalanan Bunda dan D’Baby dari bulan ke bulan.
But, keputusan Bunda dan Ayah untuk pindah bidan adalah karena ingin dekat dengan orang tua kandung Bunda. Berhubung waktu awal nikah, kehamilan, dan dekat dengan tempat kerja – Bunda pun hijrah ke Bekasi, rumah orang tua Ayah. Nah, pas mendekati kelahiran kok rasanya lebih afdhol jika dekat dengan ibu yang melahirkan Bunda, yang tinggal di Depok. Jadi deh, keputusan pindah pun diambil.
Uniknya, pas periksa ke Bidan Ida (Depok) – awal masuk disambut seorang perempuan muda. Bunda dan Ayah berpikiran sama, yupz ini pasti asisten Bidan Ida. Dugaan itu benar, karena perempuan tadi hanya memeriksa tekanan darah Bunda saja. Selang beberapa menit, datang perempuan muda yang berbeda lagi, Bunda dan Ayah saling menoleh. Mungkin dalam hati Bunda dan Ayah sama lagi, masa sih ini Bidan Ida?. Rasanya, terlalu muda. Kebimbangan makin kuat kala perempuan itu duduk dan menanyakan beberapa hal ke Bunda seperti biodata dan sebagainya.
Maaf, tanpa mengecilkan perempuan itu, Bunda sempat ragu. Selain usianya yang masih muda, perempuan tersebut sempat latah ketika menjatuhkan pulpen dari tangannya. Kebayang dong? Kalau hal ini terjadi ketika proses persalinan berlangsung???. Maklum saja, ini adalah suatu proses penting dalam kehidupan Bunda. Dimana, Bunda harus melahirkan generasi baru dengan semaksimal mungkin.
But, ketakutan itu buyar. Sosok Bidan Ida pun muncul. Ia terlihat cantik dan penampilannya terlihat “segar”. Ramah pula. Bunda pun tak ragu lagi. Semoga Bidan Ida bisa membantu proses kelahiran Bunda dengan lancar. Dan, pastinya tak lepas dari Sang Pencipta – Allah SWT.
08 Oktober 2009
Dilema USG
Hmmm… seperti pada umumnya calon ibu, Bunda pun penasaran dengan jenis kelamin D’Baby. Ini makin kuat ketika teman sekantor Bunda yang beda 1 bulan kehamilan dengan Bunda sudah mengetahui jenis kelamin USG baby-nya. Hiks… Bunda pun jadi tergoda.
Masalahnya, Bunda biasa cek di bidan. Tahu dong, kalau fasilitas untuk USG tidak tersedia. So, Bunda pun memutuskan cek USG ke Rumah Bersalin Tiara Bunda, Bekasi. Alasan Bunda pilih RB ini karena setiap hari Bunda lihat ramai – ini yang bikin Bunda yakin. Dengan kebulatan hati, Bunda pun singgah tanpa konfirmasi dahulu ke bidan. Eit, ini bukan maksudnya lancang atau apa namanya, Bunda hanya ingin tahu kondisi D’Baby secara pasti melalui USG 3D – selain penasaran jenis kelamin loh!
Pukul 8 malam, Bunda sudah terdaftar sebagai salah satu pasien. Wuih, ternyata banyak juga ibu-ibu hamil yang antri atau tepatnya sekitar 5 orang. Kalau dihitung rata-rata, Bunda mendapatkan giliran sekitar jam 9 malam. It’s ok-lah! Enggak terlalu lama menunggu. Singkat cerita, dari hasil pemeriksaan Bunda di RB Tiara Bunda adalah: BB naik 48 kg, air ketuban cukup, posisi D’Baby sungsang dan belum terlihat jenis kelamin… Hikkkkssss…
Semula Bunda hanya ingin mengetahui jenis kelamin, sekarang pas tahu hasil USG jadi sedikit khawatir. Apakah posisi D’Baby bisa muter dan normal?
04 September 2009
Check Up @ RSUD Kota Bekasi
“Fisa, I’m little bit worry about your pregnance to fly to sing. It’s better for you to consult to your husband & doctor first. If you visit the doctor ask him/her a recommend letter and give to HRD before leaving. As a management we have responsible to warn you concerning your healthy risk.”
Ini pesan yang Bunda dapat dari Big Boss. Ini berhubungan dengan tugas peliputan Bunda ke Red Dot Museum, Singapura. So, Bunda pun bergegas untuk check up ke Bu Poer – Bidan yang menangani Bunda and D’Baby selama ini. Bunda membicarakan hal ini dan membutuhkan surat rekomendasi bahwa kondisi kehamilan Bunda baik. Bu Poer mengatakan, bahwa Bunda dalam kondisi yang bagus untuk melakukan penerbangan, jadi enggak ada masalah.
But, ketika Bunda menginginkan adanya surat keterangan tersebut, Bu Poer tidak bisa memberikan. Alasannya, seorang bidan tidak mempunyai wewenang untuk memberikan surat yang Bunda minta. Katanya, Bunda harus ke dokter kandungan untuk memenuhi hal itu. Ok!
Bunda pun direferensikan untuk check up di RSUD Kota Bekasi, karena Bunda butuh surat keterangan itu pagi-pagi. Ya, tahu kan kalau Rumah Sakit Swasta belum tentu ada dokter kandungan yang standby. Pukul 8 pagi Bunda sudah mendapatkan nomor urut pertama – meskipun dokternya baru buka praktek sekitar pukul 9 pagi. Yo wes… Bunda pun menunggu.
Setelah proses menunggu selesai, Bunda melanjutkan proses pemeriksaan. Pertama, Bunda menimbang badan yakni naik 2 kg (total 46 kg) dan cek tensinya normal. Setelah itu, Bunda dipereiksa oleh dr. Christofel, Sp.OG. O’o… ternyata, Bunda di USG. Bunda sih enggak mengira kalau akan di USG coz Bunda berencana akan melakukan USG pas usia kehamilan 7 bulan. Sekarang usia kandungan Bunda baru 6 Bulan.
Meskipun USG-nya bukan 4D tapi Bunda takjub juga. Apalagi ketika hasil USG itu dicetak. Dari hasilnya, D’Baby dinyatakan sehat dan dalam kondisi baik – air ketuban cukup, detak jantung stabil, dan sebagainya. Bunda pun lolos mendapatkan surat keterangan yang dibutuhkan tadi.
Banyak Cerita
Selain panik cari RS yang standby dokter kandungan pagi-pagi dan proses menunggu, Bunda punya sepenggal cerita (tepatnya pengalaman yang Bunda lihat sendiri akan kejadian di RSUD). Bahwa, setiap ibu hamil memiliki kisahnya sendiri, diantaranya:
1. Ada ibu hamil yang harus rutin menjalani pemeriksaan setelah melakukan kiret akibat bayi yang dikandungnya meninggal dalam kandungan.
2. Ada ibu hamil yang mengalami pendarahan hebat sampai jatuh pingsan di kamar mandi.
3. Ada ibu hamil yang sudah menahan sakit karena sudah waktunya persalinan.
Dan, masih banyak kejadian lainnya. Atas ini, Bunda bersyukur sekali bahwa sampai saat ini D’Baby sehat dalam kandungan, serta memberikan peringatan kepada Bunda agar lebih baik lagi menjaga D’Baby sampai saatnya. Bunda juga bersyukur, D’Baby bisa diajak bekerja sama dengan Bunda yang enggak ‘rewel’ ditengah-tengah Bunda melakukan aktifitas. Terima kasih untuk semuanya.
31 Agustus 2009
Akhirnya, BB Naik
Kali ini Bunda bawa kabar bahagia nih… Biasanya, cerita BB yang tak kunjung naik tapi kali tidak lagi. Progress kenaikan BB mulai meningkat drastis minggu-minggu ini. Awalnya, Bunda dapat tantangan dari Bidan Ningsih – biasa disapa Bu Poer, untuk naikin BB minimal 1 kg dalam waktu 20 hari. Bunda sempet pesimis – but, ternyata Bunda berhasil dan mencetak rekor 3 kg dalam kurun waktu yang ditentukan.
Bunda jadi mikir-mikir, kok bisa naik drastis gitu yach? Padahal, pola makan Bunda sama seperti bulan sebelumnya. Atau, bisa jadi ini disebabkan karena frekuensi mual Bunda yang kian berkurang?
Ok, Bunda pun jadi semangat untuk flashback makanan apa saja yang Bunda konsumsi. Pagi, Bunda biasanya sarapan roti coklat, minum susu Prenagen. Sampai di kantor, Bunda mampir ke kantin ‘Nci untuk beli bubur kacang hijau, susu UHT, dan pastel. Siang, Bunda makan nasi atau kalau lagi jenuh mie ayam. Trus, selepas jam 12 siang, Bunda biasanya selingin minum jus buah (alpukat, sirsak, jambu, atau mangga) atau susu kedelai. Tapi, disela-sela itu, Bunda juga rajin ngemil – biasanya sih coklat. Malam hari, makan nasi, minum vitamin, dan susu Prenagen lagi.
Hohoho… ternyata, membuahkan hasil walaupun budget pengeluaran untuk makan siang di kantor bisa berlipat-lipat. Tapi, rasanya ini sebanding dengan apa yang terjadi. Senangnya…
29 Juli 2009
“Perut Sepak”
Apa sih “perut sepak”? Ini adalah istilah yang Bunda buat sendiri untuk kondisi perut ketika sedang mengalami kejang dan terasa kencang. Bunda mengistilahkan perut sepak karena mirip banget dengan bola sepak/ bola tendang. Perut Bunda akan kencang dan bulat layaknya bola dalam kondisi yang sulit ditebak – bisa kapan dan dimana pun. Perut Bunda mengencang secara tiba-tiba lalu mengendor lagi dan terjadi secara tak beraturan. Untuk frekuensinya juga relatif antara 5 hingga 10 menit.
Pikir Bunda, kondisi ini terjadi ketika D’Baby sedang aktif bergerak di dalam perut. Makanya, Bunda santai saja dan menganggap hal yang wajar dialami oleh para bumil. Eh, tahu-tahunya setelah periksa ke bidan, ini kondisi yang bahaya. Nah loh???
Searching di Paman Google, di dalam dunia medis istilah perut kencang ini biasa disebut Braxton Hix. Ada beberapa artikel yang membahas hal tersebut. Ada yang mengatakan bahwa kondisi ini normal. Menurut sumber itu dikatakan - pada saat terjadi perut kencang, berarti sedang dilakukan “pemanasan” pada rahim. Frekuensinya pun akan meningkat pada kehamilan bulan kesembilan.
Namun, ada pula yang berpendapat ini sangat berbahaya. Mengapa dikatakan bahaya? Karena, umumnya Braxton Hix terjadi ketika kehamilan masuk ke usia 36 minggu. Sedangkan Bunda baru masuk minggu ke 24. Biasanya, penyebab terjadinya perut kencang karena adanya infeksi. Kalau bidan Bunda sih mengatakan, penyebabnya ada tiga yakni kelelahan; banyak pikiran; dan belum siap untuk hamil. Bunda masuk kategori yang mana yach???
Selain itu, Braxton Hix – masih menurut pendapat yang berbahaya, jika terjadi terus menerus bisa membahayakan kondisi ibu dan bayi. Nah, lebih bahayanya lagi, bisa menyebabkan air ketuban pecah dan berakibat pada persalinan dini alias prematur. Hal ini juga yang diungkapkan bidan ke Bunda. Duh, Bunda jadi syok dan ngeri jadinya. Apalagi, BB pada angka yang sama alias enggak naik-naik. WUAHHHHH.....
So, apa dong yang harus Bunda lakukan? Hiks... padahal Bunda sudah bahagia banget bisa merasakan denyut dan mendengarkan detak jantung D’Baby. Kata bidannya, Bunda harus sering-sering merubah posisi badan – dari yang berdiri jadi duduk, berbaring miring, atau jalan-jalan kecil. Rutin lakukan pernapasan dan banyak minum air putih. Dan, yang utama menaikkan BB – minimal 1-2 kg selama 20 hari (terhitung sejak Rabu, 29 Juli 2009).
Ayo, D’Baby dan Bunda tentunya, wujudkan harapan untuk menaikkan BB. Biar Bunda, D’Baby sehat – dan Ayah bahagia.

21 Juli 2009
Week 23: Pinggul Pegal & Denyut D’Baby
Entah kapan awal pertama kali merasakan pegal di bagian pinggul. Yang Bunda ingat, rasa ini sudah Bunda rasakan sejak 2 minggu lalu. Setiap rasa itu datang, Bunda merasakan tulang ekor yang “berbunyi – KLETEK!”. Seolah, mau patah. Bunda pun hanya nyengir kuda a.k.a ngilu.
Waktu check up ke bidan, Bunda konsultasikan hal tersebut. Katanya, ini adalah perubahan tulang punggung dan ekor yang mulai menyesuaikan bentuk perkembangan D’Baby. Alhamdulillah, D’Baby tumbuh dengan pesat. Jadi deh, Bunda yang harus rajin menaikkan BB agar “rumah” D’Baby makin luas. Biar bisa muter-muter.
Biasanya sih, rasa pegal di pinggul mulai terasa banget pas Bunda pulang kerja. Baru merabahkan badan di bangku aja, rasanya udah “kletuk-kletuk”. Mau enggak mau, Bunda pun harus mengambil posisi enak dengan cara langsung terlentang di kasur aja. Trus, minta Ayah untuk pijat-pijat ringan di bagian ekor pinggul itu. Hasilnya, membantu banget mengurangi rasa pegal itu. Dan, sepertinya pijat pinggul akan menjadi ritual rutin Bunda.
Untungnya, Ayah enggak keberatan. Abis, bidannya juga menyarankan itu. Katanya, pijatan yang tidak boleh dilakukan adalah di bagian perut. Padahal, setahu Bunda, pijat di perut adalah salah satu cara untuk menghilangkan rasa tegang dan bisa mengembalikan posisi D’Baby ke kondisi normal. Bunda dan Ayah sempat berbeda pendapat sih soal ini. Ayah setuju dengan pernyataan bidan, sedangkan Bunda berpatokan pada kebiasaan keluarga yang suka pijat perut pas usia kandungan 7 sampai 9 bulan. Entahlah, Bunda jadi bingung – berdiri di dua sisi.
Tapi, di balik kebingungan tersebut, Bunda sudah mulai merasakan denyutan-denyutan kecil di dalam perut. Kian hari, denyutan itu makin jelas. “Terima kasih Allah, atas kehidupan di dalam rahim Bunda”. Pernah sih, suatu hari denyut D’Baby samar bahkan nyaris hilang. Bunda sempat panik. Tetapi, setelah mencoba mendengarkan lagu, detak D’Baby ada lagi. Senangnya.
Kini, detak itu kian sering dan tambah sering. Kapan pun Bunda meletakkan telapak tangan di perut, getar mungil itu terasa. Sungguh ajaib!. Harap Bunda, D’Baby kian tumbuh sehat. Bunda pun berusaha menyiapkan “rumah” yang lebih besar lagi. Dan, Alhamdulillah chek bulan ini menunjukkan ke arah positif: BB 40 kg (kembali normal pasca batpil) dan TB 70/110 (normal).

glitter-graphics.com
01 Juli 2009
Normalkah Bobot Tubuh Bunda?
Karena bingung Berat Badan (BB) turun terus, Bunda pun semangat searching di Google tentang caranya naikin BB Bunda (bukan baby loh!). Eh, tau-taunya nemu kuis.. jadi deh ikutan dulu… sekalian flashback makanan apa aja yang udah Bunda makan selama ini. Hmm… tp Bunda sadar sih, pasti makanan yang Bunda makan mayoritas jauh dari standar anjuran bidan/dokter kandungan… Maaf yach D’Baby…
Pertambahan berat badan saat hamil adalah normal, dan merupakan bagian kehamilan. Namun seberapa normal dan sehat pertambahan bobot tubuh itu? Sangat tergantung pada gaya hidup Anda selama hamil. Ingin tahu, sehat atau tidak pertambahan berat badan yang Anda? Ikuti kuis berikut ini:
1. Saat hamil, mestinya Anda makan dengan pola?
[A]. Makan apapun yang saya suka, kan lagi hamil…!
B. Membatasi jenis makanan tertentu agar tidak pertambahan berat badan terkendali
C. Makan lebih banyak, karena saat hamil saya makan untuk dua orang lho...
2. Seberapa sering Anda berolahraga selama hamil?
A. Tidak pernah
[B]. Kadang-kadang, kalau sempat saja
C. Sering. Bahkan saya mengikuti kelas hamil
3. Saat Anda ingin makan sesuatu, atau ngidam, maka
A. Makanan tersebut harus ada secepatnya
B. Mencoba untuk melawan keinginan tersebut
[C]. Kadang dituruti, kadang tidak
4. Menurut Anda, apakah hamil berarti bebas makan sepuasnya?
[A]. Tidak
B. Ya
C. Kadang-kadang
5. Berapa kenaikan berat badan yang dianjukan saat hamil yang Anda ketahui?
A. 20 kg sampai saat melahirkan
[B]. 15 kg sampai saat melahirkan
C. 12 kg sampai saat melahirkan
6. Selama hamil, apakah Anda sudah merasa telah memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh Anda sendiri serta janin Anda?
A. Tidak
[B]. Kadang-kadang
C. Ya
HASIL:
Anda memiliki kebiasaan makan dan olahraga yang cukup baik. Tapi kebiasaan yang lain membuat berat badan Anda naik tidak terkontrol. Cobalah berhenti ngemil dan lebih selektif saat memilih makanan. Berat badan yang terjaga selama hamil, mempermudah proses kelahiran lho...
Dari hasil kuis sih, bener banget kalo Bunda ga begitu selektif memilih makanan. Tetapi, kayaknya untuk naik BB yang tidak terkontrol ga sesuai deh… kan BB Bunda belum naik-naik…
Nah, ini beberapa makanan yang Bunda konsumsi selama hamil. Kadang-kadang memenuhi gizi tapi kadang juga enggak. Coz, Bunda suka “nakal” sih kalo makan…Makanan sehatnya, nasi (masuk walau sedikit), lauk pauk (biasanya ikan, ayam, bayam, soup, sayur asem, dan kentang), buah-buahan (hampir semua dicoba), susu Prenagen, air putih (kadang suka males minum coz cape bolak-balik pipis hehehehe…)
Kalo yang ga sehat; Mie Instant, Nu Green Tea or varian teh kemasan lainnya, Mie Ayam, Bakso, Kwetiau. Biasanya, menu ini Bunda makan pas jam makan siang… abiz bosen and bingung sama menu makanannya… Yang ada dipikiran Bunda, yang penting kenyang! Hehheee….
Jujur, Bunda kadang ngerasa bersalah kalau asupan makanan yang masuk kurang memenuhi standar gizi – khususnya buat D’Baby. Apalagi, setelah baca artikel di sini. Mudah-mudahan, pola makan Bunda bisa normal lagi pasca 4 bulan, kan udah ga mual-mual lagi… Amin.
04 Juni 2009
Week 16: Suntik Tetanus & B’Day Bunda
Seperti biasanya, Bunda melakukan cek kehamilan. Perkembangan kali ini bisa dikatakan bagus karena berat badan Bunda naik ½ kg menjadi 40,5 kg dan tensi darah kembali normal yakni 110/70 – Alhamdulillah. Namun, kali ini ada yang beda, Bunda harus disuntik tetanus untuk menjaga kekebalan Bunda saat kehamilan. Sebenarnya sih, suntik tetanus itu, kata dokternya, baiknya dilakukan sebelum ada janin dalam kandungan. Istilahnya, “rumahnya” dipersiapkan terlebih dahulu sebelum “penghuninya” ada. Ya, tapi berhubung Bunda enggak ngerti jadi deh disuntik pas 4 bulan hamil. Enggak apa-apa ya D’ Baby...
B’Day Bunda
Kini, Bunda genap berusia 25 tahun. Tepat di hari ini – Kamis, 4 Juni 2009. Sudah banyak cerita yang Bunda lalui baik suka maupun duka. Semua itu, menjadikan Bunda seperti sekarang ini. Ya, seperti ini adanya.
Kembali merunut ke usia sebelumnya, rasanya, tak ada perubahan yang signifikan dari Bunda. Masih bekerja di perusahaan media cetak bulanan, pergi-pulang kerja ke Bekasi, weekend ke rumah Depok sambil ketemu keponakan yang ngegemesin Aileen Alvina, sesekali hang out bareng teman-teman. Ya, kecuali, status istri dan calon Bunda kelak.
Ini B’ Day kedua Bunda bareng Ayah. Tahun kemarin, tak ada perayaan istimewa. Kecup sayang dan dinner kecil-kecilan saja. Selebihnya, harapan dan doa Ayah menyertai Bunda – tentunya, yang terbaik buat Bunda dong!.
Bisa dibilang, B’Day itu adalah yang paling standar sepanjang menjalani hari bersama Ayah. Asal tahu saja, waktu masih masa penjajakkan, Bunda sempat ngambek gara-gara Ayah enggak ngucapin “Selamat Ulang Tahun”. Padahal, teman hingga keluarganya memberikan selamat untuk Bunda. Bunda sedih dicuekin sama Ayah waktu itu. Pulang kantor, Bunda cemberut tanpa ekspresi alias flat. Bunda pulang ke Depok naik Patas 84 sendiri. Ayah enggak bisa nganterin Bunda pulang karena lagi deadline majalah. Bunda hanya bisa meratap sedih, seseorang yang teramat spesial di hati Bunda tidak memberikan perlakuan istimewa.
Tetapi, tiba di terminal, Bunda tak sengaja menoleh ke belakang. Dan, alangkah terkejutnya kala mendapati sosok Ayah. “Lho?” ekspresi Bunda terkejut. Ayah bela-belain ngejar Bunda yang lagi ngambek. Hehehee.... Bunda jadi enggak enak sendiri, malu sudah bertingkah manja. Bunda mempermasalahkan hal yang sepele, padahal Ayah lagi dituntut pekerjaan.
Akhirnya, malam itu Bunda dan Ayah melewati perayaan ulang tahun dengan makan sepiring nasi goreng. Ayah nganterin Bunda sampai rumah, dan kembali ke Pulogadung untuk meneruskan tugas kantor yang terjadwal deadline.
4 Juni 2009
Berbeda dari moment sebelumnya, kali ini Bunda tidak terlalu antusias menjelang hari H. Bagi Bunda sekarang, pertambahan usia ini adalah sebagai awal sikap kedewasaan. Bunda enggak boleh sering-sering ngambek – apalagi hanya karena urusan sepele. Apalagi kini sudah ada D’ Baby, jadi Bunda harus latihan kesabaran nih...
Meskipun Ayah hanya memberikan kecupan teng 12 malam, bukan masalah bagi Bunda. Toh, dalam perut Bunda juga sudah ada kado istimewa dari Allah dan Ayah tentunya. Ya enggak?
27 Mei 2009
Week 14: Shake it Baby!
Fuih, sudah tak terasa usia kehamilanku beranjak pada angka 14 minggu. Perkembangannya sangat luar biasa. Apalagi setelah cek di Baby Gaga. Di situ, tercatat bahwa buah hati dalam rahimku sedang lincah-lincahnya. Kian hari, ukurannya kian membesar, so otomatis menarik sisi-sisi syaraf otot perut kanan kiriku.
Pantas saja kalau hari ini mual-mual kian gencar. Bangun tidur perut sudah kencang – rasanya tak bias diceritakan. Mau sarapan rasanya eneg. And, ketika on the way to office, udah dua kali berhenti di pinggir jalan hanya karena perut sudah tak kuat menahan mual. Pertama, saya berhenti di daerah Pondok Kopi. Dan kedua, berhenti di bilangan Kelapa Gading.
Rasanya? Lemes banget. Mau balik lagi ke rumah, udah tanggung. Andai saja, tadi enggak jadi berangkat, pasti masih berleha-leha di tempat tidur nih. Tapi, mengingat deadline, saya pun harus ke kantor (kali-kali aja dibutuhin). Yach… akhirnya begini deh jadinya.
Lantas, suami pun bilang, ‘Dede-nya sayang sama Bundanya…”. Hiks, saya pun jadi terharu. Padahal, waktu bulan-bulan pertama kehamilan, suami juga suka ngerasain mual-mual. Istilah pasnya, gantian. Saat itu, kalau suami lagi mual dan muntah, saya cuma nyengir and bilang, “Tandanya, Dede sayang sama Ayahnya…”. And, sekarang kalimat itu hinggap di telingaku.
Yach, anyway saya mencoba menikmati rasa mual ini. Toh, semua para ibu juga pernah merasakan ini kan? Nah, sekarang giliran saya…
Berikut newsletter Baby Gaga: Week 14
Isn’t it glorious? You and your little buckaroo have roped your way right into trimester numero dos! Are you ready to rock!? Okay, okay… maybe just a little rolling and poking. Needless to say, your baby will definitely be making themselves known in the upcoming weeks. At about 3.5 inches long, their little body and limber limbs are coordinated enough for loads of complicated motions. In fact, their whole body is moving right now! You're not feeling it because their current size is still a bit too small to make an impact you'd recognize. Still, their movements are recognizable on an ultrasound. Speaking of which, you shoud be scheduling one with your health care provider! Week 16 is the classic date as you can usually determine whether your little one is going to pee standing up or sitting down. Your baby is also starting to develop the ability to move their eyes this week, although the eyelids still remain fused shut. What's more, they can make all sorts of fun facial expressions as they practice squinting, frowning, and grimacing. Cute development of the week: their little hands can grasp at things and they may already be sucking their thumb!
And how's mom doing? What’s in the forecast for your second trimester? We’ve got a heavy concentration of developing fetal movement, which will increase in magnitude in frequency through the duration of the second trimester before subsiding in the third trimester as womb-space becomes limited. If you think you’ve got the second trimester is typically experienced as the most exciting and enjoyable of the three— the morning sickness is gone, you definitely feel and look pregnant, but you’re not yet an overstuffed-lumbering-mammoth gas or some kind of odd bowel obstruction right now, it might actually just be your little one poking you hello! You’ll become more familiar with the sensation as the frequency and intensity increase (and you’ll never quite forget this special feeling!.
On to the less exciting news. In your second trimester, you will most likely experience some if not all of the following symptoms to varying degrees: dizziness, headache and back pain. Just like morning sickness during the first trimester, your chances of experiencing a given set of symptoms increases if you’ve already had them in a previous pregnancy. Unfortunately, if you’re starting to experience back pain, it will most likely increase as you gain more weight towards the end of the trimester. Although unavoidable during your waking hours, you don’t have to suffer so much during the night—there are some wonderful products out there such as the full body pregnancy pillow, which will help you make it through the night without too much undue suffering. Water retention is another fairly classic albeit annoying pregnancy symptom which typically leads to swollen fingers, toes, ankles and/or legs. These are all perfectly normal (and fairly bearable) symptoms that should not be a source of unnecessary stress. Despite these annoyances, the second trimester is typically experienced as the most exciting and enjoyable of the three— the morning sickness is gone, you definitely feel and look pregnant, but you’re not yet an overstuffed-lumbering-mammoth. Go team go!