23 Juli 2010

Peringatan Hari Anak Nasional 2010

Sisi Lain Peringatan Hari Anak Nasional 2010: Jadikanlah Kami Bangga Sebagai Anak Indonesia.

Seorang anak hadir di dunia tidak secara tiba-tiba,ada proses serta waktu yang harus dilalui. Kehadirannya melalui kondisi yang berbeda-beda,tidak hanya dalam hal perlakuan namun juga kondisi emosional orang tuanya masing-masing. Ada yang keberadaanya sangat diharapkan oleh kedua orang tuanya, namun ada pula yang sangat tidak diharapkan oleh salah satu atau keduanya. Ada yang kehadirannya langsung disambut peluk hangat ibunda dan ayahandanya,namun ada juga hanya salah satu bahkan tanpa kehadiran keduanya.



Kehadiran seorang anak terlepas dari proses kelahirannya, telah menanti lamanya usia yang tidak ada seorangpun tahu berapa lama akan ditempuh sang bayi. Usia yang akan lebih berwarna daripada alam rahim sang bunda,warna yang dapat cerah namun dapat juga sangat buram. Namun tetap kedua alam yang berbeda ini akan ditempuhnya untuk bertahan hidup, untuk bertahan agar eksistensi diri sebagai seorang makhluk yang berhak akan seluruh anugerah Tuhannya, tidak dianggap sebagai “manusia lain”.

Perjalanan seorang anak, dari ketidakberdayaan hingga tubuhnya berusaha agar menjadi berdaya, dari kelemahan menjadi memiliki kekuatan, dari kerentanan menjadi sangat memiliki imunitas. Perjalanan yang sangat dipengaruhi oleh apa yang dia peroleh selama di dalam rahim, bayi, balita, anak, remaja, dewasa, hingga dia menutup usia. Demikain Dr. Mahesa, mengawali obrolan alam rangka Hari Anak Nasional oleh Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi sambil minum kopi di kawasan Pemulung di Gondandia, Jakarta Pusat. .

Berkaitan dengan anak ini, Dr. Zaenal Abidin, kembali menyetir Konvesi PBB tentang Hak-hak Anak yang diratifikasi dengan Keppres No.36/1990. merupakan satu-satunya dokumen hak-hak azasi manusia yang yang memperoleh dukungan politik dari hampir seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Dalam dokumen tersebut termaktub empat kategori hak-hak anak yang sangat mendasar. Keempatnya, meliputi : 1) Hak untuk bertahan hidup, 2) Hak untuk bertumbuh dan berkembang. 3) Hak untuk memperoleh perlindungan dari berbagai bentuk tindak kekerasan dan diskrimintaif. 4) Hak untuk berpartisipasi dalam berbagai keputusan yang sangat mempengaruhi hidup dan nasibnya.

Secara keseluruhan hak-hak tersebut di atas, walaupun tidak ungkap langsung secara naratif, tapi semua orang pasti tahu bahwa kalau dihubungkan dengan gizi dan kesehatan sebagai HAM dan investasi, maka jelas ada kaitannnya. Betapa sentralnya masalah ini sehingga di arahkan kemanapun pasti akan bersinggungan dengan keempat hak anak tersebut, setidaknya, hak untuk bertahan hidup dan hak untuk tumbuh kembang, lanjut Zaenal..

Sam’ani Kurniawan, Direktur Eksekutif Yayasan, menyatakan Dalam kondisi negara kita saat ini, maka masalah kesehatan anak yang paling sering dibicarakan adalah gizi buruk dan gizi kurang. Anak yang kekurangan gizi, penyebabnya tidak satu, tapi sangat kompleks. Diantaranya karena pola asuh yang kurang baik.

Berkaitan dengan, Pola Asuh ini, dokter ahli gizi yang juga Ketua Yayasan Masyarakat Sadar Gizi, Dr. Tirta Prawita sari, MSC, mengatakan, permasalahan kurangnya asupan gizi pada balita tidak semata-mata disebabkan oleh kurangnya ketersediaan makanan pada tingkat rumah tangga. Hal ini ditunjukkan dengan kenyataan bahwa tak selamanya masyarakat miskin yang memiliki keterbatasan menyediakan pangan di rumahnya memiliki bayi, balita, anak dengan status gizi yang buruk.

Penyimpangan positif dari norma yang berlaku ini menjadi indikasi bahwa terdapat faktor lain yang erat kaitannya terhadap asupan nutrisi pada balita. Faktor lain tersebut adalah pola asuh. Ibu dari keluarga miskin yang memiliki pola asuh yang baik, punya perhatian penuh, mendukung proses pemberian makan pada bayi dan balita dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif agar balita mau mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi.

Ini artinya sang ibu memiliki kemampuan mensiasati keuangan keluarganya, sebagaimana yang dialami oleh Ibu Jum (ibu dari Bayi Kafi) dan Ibu Misti, serta ibu-ibu lain yang pekerjaan sehari-hari mereka adalah pemulung. Namun jangan tanya kepada Jum, Ibu Misti dan anak-anaknya tentang Hari Anak Nasional dan pesta hari anak yang sering dilakukan anak orang kaya bersama penggede negeri. Independensi ibu dalam pengaturan belanja dalam rumah tangga juga dapat menjamin ketersediaan pangan bergizi, yang tak selalu dan tidak musti mahal, ungkap Tirta kembali.

Perbincangan yang ditutup oleh Dr. Mahesa, dengan menyatakan bahwa, bangsa yang besar dan memiliki masa depan yang cemerlang adalah bangsa yang mencintai anak-anak (bayi dan balitanya). Hal ini berarti bahwa kelangsungan suatu bangsa termasuk Indonesia, sangat ditentukan apakah bayi dan balitanya dapat hidup sehat, tumbuh, dan berkembang dengan sebaik-baiknya. Dan, hampir mustahil suatu bangsa dapat dikatakan beradab dan berbudaya bila kebutuhan dasar (gizi, kesehatan, pendidikan) serta masa depan dan kelangsungan hidup bayi dan balitanya masih terabaikan.

- Sumber: Milis dengan moderator Eliz -

***

Alhamdulillah, sejauh ini Bunda bisa memberikan kasih sayang dan nutrisi bagi Luna dengan memberikan Makanan Sehat.Semoga, Bunda bisa menjaga dan merawat Luna hingga tumbuh sehat, cerdas, dan beriman. De Una Sayang... Bangggalah Menjadi Anak Indonesia!

4 komentar:

  1. Selamat hari anak Nasional

    BalasHapus
  2. Selamat Hari Anak Nasional 2010. Seoga anak2 kita menjadi generasi penerus yang sehat dan cerdas :-)

    BalasHapus
  3. selamat hari anak ya Bundaaa

    BalasHapus