04 Januari 2010

Luna Ayudya Salim


Rabu, 16 Desember 2009

18.00
Selesai shalat Maghrib, perut Bunda terasa melilit. Semua serba salah – duduk, berdiri, dan jalan-jalan kecil terasa sakit. Setiap 10 menit sekali rasa itu datang. Bunda pun cepat-cepat telepon Ayah untuk pulang cepat. Takut pecah ketuban. Tapi apa daya, Ayah sedang di rumah sakit – besuk temannya. Terpaksa bersabar sambil menahan mules-mules.

Bunda sendiri juga bingung, apakah ini tanda-tanda mau lahiran? Belum lagi Mama yang tanya-tanya, gimana rasanya? Sakitnya kayak gimana? Duh, Bunda sendiri juga enggak tahu, wong belum pernah melahirkan! Trus, kalau kata kakak perempuan, salah satu ciri mau lahiran adalah tulang pinggang belakang terasa sakit. Tapi, kok Bunda enggak merasakan itu yach? Cuma bagian perut bawah yang melilit. Entahlah, Bunda cuma bisa meringis.

21.30
Akhirnya, Ayah pulang. Dengan mimik panik, Ayah langsung tanya-tanya. Pertanyaannya pun sama persis dengan Mama. Belum sempat buka sepatu, Ayah langsung cek underware Bunda, ada vlek atau enggak. Ternyata, ada noda kecokelatan tapi Ayah masih ragu itu vlek atau bukan. Tanya sana-sini dan telepon Mama Bekasi, akhirnya Ayah memutuskan untuk tanya ke Bidan Ida terlebih dahulu sebelum membawa Bunda.

21.50
Ayah kembali dari Bidan Ida dan mengajak Bunda untuk ikut serta. Bunda pun cek ke Bidan Ida, dan sudah masuk ke pembukaan pertama. Dengan pertimbangan mencari aman, Bunda pun memutuskan untuk menginap saja di klinik. Takut pecah ketuban.

Sepanjang malam, Bunda enggak bisa tidur. Padahal, kata Bidan Ida, Bunda harus tidur agar saat persalinan kuat dan siap. But, rasanya bisa tidur 5 menit saja sudah Alhamdulillah tapi itu pun tak bisa. Ayah juga demikian. Tiap kali mau pejamkan mata pasti Bunda bangunin. Bukan apa-apa, Bunda cuma butuh wadah untuk menyalurkan rasa sakit yakni dengan meremas dengan kuat telapak or pergelangan tangan Ayah. Maaf yach Yah!

Kamis, 17 Desember 2009


09.00
Pagi-pagi cek pembukaan, ternyata masih bukaan 2! OMG. Bathin Bunda, lama banget, padahal udah semalaman nahan sakit. Bunda sih waktu itu berharap udah bukaan 5 or 6. Ternyata, harus bersabar. Berita bagusnya, Bunda dapat wadah pelampiasan baru yakni Mama dan Mama Bekasi hehheee….


13.00

Cek lagi, masuk ke pembukaan 5. Alhamdulillah pembukaan berjalan cepat. Bunda dianjurkan untuk tiduran menghadap kiri, biar posisi kepala bayi ada di bawah dan mempercepat proses pembukaan. Tapi, lagi-lagi posisi miring ke kiri jauh lebih sakit dibandingkan terlentang. Wuih…


15.00

Masuk ke pembukaan 9 tetapi belum sempurna, ada bagian yang belum elastic – kata Bidan Ida. Dan, ketuban pun dipecahkan. Tunggu 30 menit lagi katanya. Fuih… Bunda pun senang rasanya, tak lama lagi akan ada suara tangis bayi.

15.30
Proses pembukaan belum juga sempurna. Tetap Bunda disarankan untuk tiduran menghadap ke kiri lagi. Bidan Ida pun mengambil tindakan untuk menyuntikkan cairan perangsang. Katanya, tunggu sebentar lagi. Bunda cuma bisa istighfar keras. Allahu Akbar!!!

16.20
Yup, proses sudah sempurna. Bunda diarahkan untuk ngejan. Hahaha… berhubung enggak pernah senam hamil, jadi ngejannya asal-asalan, jadi deh diajarin Bidan Ida. Tarik nafas yang panjang, arahkan mata ke bagian perut, angkat kepala, pegang paha dengan kedua tangan, jangan mengangkat bagian pantat etc. Ternyata, susah juga pas prakteknya.

Satu jam. Dua jam. Begitu seterusnya. Bunda mulai panik dan kelelahan. Padahal, kepala bayi sudah terlihat jelas, hanya butuh dorongan hebat untuk mengeluarkannya. Menurut Bidan Ida, berat bayi yang Bunda kandung cukup besar – padahal Bunda sudah diperingatkan untuk menjaga pola makan biar berat badan tidak naik, tetapi Bidan Ida tetap optimis kalu Bunda bisa melahirkan secara normal.


19.00

Semua panik. Bunda kehabisan tenaga. Tindakan infus pun diambil. Ya Allah, berikan kekuatan pada hamba – begitu bathin Bunda bicara. But, keadaan makin kacau ketika darah segar mengalir dari vagina Bunda. Itu bukan darah lahiran tapi darah yang keluar dari varises yang pecah. OMG! Ternyata dalam vagina Bunda ada penumpukan varises, dan itu pecah saat proses ngejan tadi. Bidan Ida pun tak mengetahui sebelumnya, menurutnya kalau proses persalinan normal terus dijalankan maka akan terjadi pendarahan hebat. Bidan Ida pun menyarankan untuk dilakukan operasi Caesar. Untuk mengantisipasi, Bidan Ida menjahit varises yang robek agar darah tak mengalir deras. Ya Allah, Bunda tidak sanggup!

20.00
Meski kondisi Bunda setengah sadar, namun Bunda bisa merasakan kesedihan dan kegalauan Ayah dan keluarga. Kenapa varises ini baru diketahui??? Bidan Ida pun konsultasi kepada Dokter Is, dan memintanya untuk datang. Setelah proses ini itu, Dokter Is dan Bidan Ida pun beraksi. Dengan sigap tangan ahli tersebut berupaya, hingga tangisan bayi pun terdengar. Subhanallah. Maha Besar Allah!

Ya, Bidan Ida dan Dokter Is menyadari, tindakan “memaksakan normal” adalah suatu kesalahan dan beresiko. Bahkan ini tidak dianjurkan di dokter manapun. Adanya varises menjadi kendala utama persalinan normal. Tetapi, berhubung kondisi Bunda yang sudah lemah dan tidak mungkin dilakukan operasi caesar (karena harus oper ke rumah sakit yang butuh waktu dan ditakutkan Bunda tidak kuat) maka jalan nekad adalah salah satunya.

Alhamdulillah, Allah masih memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada Bunda dan keluarga. Terima kasih. Nah, untuk menghambat pertumbuhan varises, Bunda dianjurkan (bahkan wajib) untuk memilih KB Spiral karena pilihan KB lainnya bisa memicu hormon. Satu lagi, jika Bunda ingin mempunyai keturunan kedua maka tak ada jalan lain kecuali caesar.

Terima kasih untuk semua keluarga besar yang memberikan semangat untuk Bunda. Tak lupa, Ayah yang setia mendampingi Bunda sampai proses ini terlewati. Love you, honey! Love you all!

21.20
D’Baby lahir dengan normal (Berat 3,2 kg dan Panjang 53 cm). Oya, D’Baby sudah diberi nama Luna Ayudya Salim. Kiss sayang dari Bunda… Muach!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar